TUGAS
MANAJEMEN DAN
EVALUASI KINERJA
Dosen : Prof. Dr. Payaman J. Simanjuntak
Nama :
MARSELUS TH. G. TAPOBALI
Kelas :
B
Semester : II
UNIVERSITAS WIDYA MANDIRA
KUPANG Program Pasca Sarjana
Kupang 2019
Bab 2 Perencanaan Kinerja.
Nomor 1: Perencanaan kinerja
merupakan tahap awal dari siklus menejemen kinerja, mulai dari perumusan visi
dan misi perusahaan, tugas pokok dan struktur organisasi, hingga uraian
jabatan, sasaran kinerja dan renana tindakan kinerja.
Penjelasan :
Siklus manajemen merupakan suatu
istilah yang digunakan pada proses perencanaan dan pengelolaan proyek atau
program dari suatu lembaga atau perusahaan. Siklus manajemen dapat diartikan
sebagai suatu proses rangkaian dari semua fungsi manajemen yang saling berkesinambungan
satu sama lain. Meskipun tiap fungsi manajemen dapat diidentifikasi dari segi
aktivitas dan tujuan secara terpisah, akan tetapi dalam pelaksanaannya tiap
fungsi manajemen tersebut tidak dapat dipisahkan. Setiap tahap dari siklus
tersebut menuntun ke tahap berikutnya. Di bawah ini merupakan bentuk siklus
manajemen :
Adapun
tahap yang berkesinambungan dalam siklus manajemen adalah sebagai berikut :
1. Planning
Tahap
awal yang harus dilakukan adalah merencanakan suatu program yang ingin dicapai
oleh suatu lembaga atau perusahaan.
2. Organizing
Tahap kedua merupakan
pengorganisasian. Pada tahap ini seorang manajer lebih banyak berperan karena
pada tahap ini dibutuhkan sosok manajer sebagai seorang leader yang
mengorganisir anak buahnya.
3. Actuating
Tahap
ketiga merupakan aplikasi atau pelaksanaan dari berbagai planning yang sudah di
organizing. Pada tahap ini tiap individu melaksanakan tugas sesuai dengan
posisinya. Tanggung jawab dari setiap individu diperlukan dalam tahap ini.
4. Controlling
Menurut
Tripathi and Reddy, Principle of Management (2006) Definisi controlling adalah
:
“Controlling means that managers
attempt to ensure that there is no deviation from the norm and plan.”
Dari
kutipan tersebut dapat diketahui bahwa, Control disini dimaksudkan untuk
membandingkan rencana (plan) dengan hasil (result). Hal tersebut dimaksudkan
agar hasil yang diperoleh tidak jauh menyimpang dari apa yang telah
direncanakan. Jika rencana yang diperoleh sudah sesuai atau tidak terdapat
penyimpangan maka, siklus dapat dilanjutkan dengan membentuk planning yang
baru.
Dilihat dari penjelasan diatas,
dapat diketahui bahwa siklus manajemen senantiasa berputar secara berulang.
Pada tiap tahap siklus saling berkesinambungan antara satu dengan yang lain.
Setelah tahap controlling tahap selanjutnya kembali ke tahap planning, begitu
pun seterusnya. Dan apabila terdapat hambatan maka tugas seorang manajerlah
yang harus mengevaluasi segera. Agar misi dan tujuan yang diinginkan dapat
tercapai.
Menetapkan
Sasaran Dan Metode Pengukuran Kinerja
Seringkali bagian yang paling sulit dari tahap
perencanaan kinerja adalah menemukan bahasa yang tepat dan jelas untuk
menggambarkan sasaran kinerja dan indikator keberhasilannya.
Manajer perlu memastikan bahwa sasaran kinerja telah
mencakup berbagai tugas yang dilakukan oleh karyawan, terutama yang tugas
sehari-hari yang memakan waktu tetapi sering diabaikan sebagai prestasi yang
signifikan.
Kriteria
sasaran kinerja yang baik setidaknya harus memenuhi kriteria SMART sebagai berikut:
a. Spesifik
Tentukan
dengan jelas apa yang harus dilakukan, kapan harus dilakukan, siapa saja yang
bertanggung jawab dan berapa banyak pekerjaan yang harus diselesaikan.
b. Measurable
Mengajukan
pertanyaan seperti: Berapa banyak? Kapan suatu pekerjaan harus diselesaikan?
Serta beberapa ukuran-ukuran lain dapat digunakan jika memungkinkan, misalnya,
kuantitas, kualitas, kerangka waktu dan biaya.
c. Attainable
Pastikan
bahwa sasaran kinerja yang akan dicapai sangat realistis tapi challenging untuk
dicapai. Pertimbangankan kemampuan dan kapasitas karyawan, disamping sasaran
kinerja yang .
d. Realistis
Kebutuhan
Tujuan harus sesuai dengan tingkat kompleksitas dengan pengalaman karyawan dan
kemampuan dan tidak ada pasukan diatasi luar kendali karyawan harus menghambat
pencapaiannya.harus diselesaikan.
e. Time-Bound
Perjelas
di awal target waktu untuk menyelesaikan suatu pekerjaan, Dalam banyak kasus,
tujuan akan diselesaikan pada akhir periode penilaian kinerja. Hal ini tidak
tepat karena penyelesaian pekerjaan dipengaruhi beberapa factor. Misalnya,
apabila ada mesin baru yang akan datang pada pertengahan tahun, maka kesiapan
orang (sasaran kinerja) harus siap pada saat itu.
Perencanaan kinerja merupakan awal dalam siklus
manajemen kinerja. Perencanaan kinerja yang baik, menjadi kunci dalam
pengelolaan kinerja karyawan.
Bab 3 Analisis Jabatan.
Nomor 4: Analisis jabatan memberikan
dua rumusan penting untuk melakukan evaluasi kinerja. Hasil evaluasi kinerja
perlu ditindaklanjuti dengan rencana dan pembinaan karier serta program
pendidikan dan pelatihan.
Penjelasan :
Metode
Analisis Jabatan
Analisis
jabatan dapat dilakukan dengan menggunakan 4 jenis metode, yaitu :
1.
Metode Benchmarking
Metode
benchmarking adalah memilih satu perusahaan yang diambil sebagai acuan atau
contoh untuk ditiru. Terutama untuk perusahaan yang berdiri, biasanya dipilih
satu perusahaan sebagai acuan, sehingga struktur organisasi, struktur jabatan
dan uraian jabatan disusun seperti di perusahaan contoh dengan atau tanpa
penyesuian. Misalnya untuk mendirikan satu universitas swasta yang baru, dapat
memilih dan mencontoh struktur organisasi dan jabatan di universitas lain yang
dianggap cukup baik.
2.
Metode Studi Organisasi
Metode
studi organisasi adalah penyusunan struktur organisasi dan jabatan berdasarkan
visi, misi, tujuan dan tugas pokok organisasi,
yang kemudian diurai menjadi tugas pokok dan fungsi-fungsi unit organisasi,
hingga rumusan uraian jabatan dan syarat jabatan.
Dari
hasil analisis tersebut dapat diketahui antara lain :
·
Uraian jabatan atau pekerjaan yang tumpang tindih
yang dilakukan
dua jabatan atau lebih;
·
Uraian jabatan atau pekerjaan yang tidak dilakukan
oleh siapa-siapa;
·
Keseimbangan beban kerja antar unit-unit yang ada,
dan antar
pekerja di satu unit.
3.
Metode Pengamatan
Metode
pengamatan atau observasi adalah dengan mengamati setiap orang yang
melaksanakan pekerjaannya setiap hari. Metode pengamatan dilakukan pada
organisasi yang sudah ada dan sedang berlangsung. Sebelum melakukan pengamatan,
tim atau orang yang melakukan analisis jabatan perlu melakukan
persiapan-persiapan sebagai berikut:
a.
Menghimpun informasi tentang struktur organisasi dan struktur jabatan yang ada;
b.
Sasaran atau hasil yang diharapkan dari setiap unit organisasi;
c.
Uraian jabatan dari setiap orang pada jabatannya;
d.
Daftar isian atau kuesioner yang diminta untuk diisi setiap orang untuk
memperoleh informasi tambahan antara lain mengenai waktu
yang
digunakan untuk melakukan pekerjaan setiap hari dan setiap minggu, pekerjaan
lain yang dilakukan atas penugasan pimpinan, persepsi tentang kecocokan kualifikasi dan syarat jabatan,
persepsi
tentang beban dan volume kerja, dan lain-lain
4.
Metode Kombinasi
Metode
kombinasi adalah perpaduan metode benchmarking dengan metode studi oragnisasi
dan atau metode pengamatan. Metode benchmarking memberikan struktur organisasi
dan jabatan serta rumusan uraian jabatan dan syarat jabatan yang ideal. Studi
organisasi memberikan deskripsi struktur organisasi dan jabatan serta uraian
jabatan dan syarat jabatan yang dalam kenyataan. Dengan membandingkan kedua hal
itu, dapat disusun rencana penyempurnaan dengan memperhatikan
pertimbangan-pertimbangan yang lain.
ANALISIS JABATAN UNTUK EVALUASI KERJA
Dari uraian analisis jabatan dan contoh-contoh
yang diberikan di atas, setiap orang harus mempunyai hasil kerja dan uraian
jabatan atau rumusan tugas-tugas yang jelas. Kedua unsur tersebut sangat dibutuhkan
sebagai tolok ukur dalam melakukan evaluasi kinerja bagi setiap orang yang
memangku jabatan tertentu. Sebagaimana diuraikan di atas, melalui analisis
jabatan dapat dirumuskan sasaran, target, atau hasil yang akan dicapai oleh
setiap organisasi dan unit atau bagian-bagian organisasi, hingga hasil kerja yang
harus dicapai oleh setiap orang dalam kurun waktu tertentu. Hasil kerja
tersebut dapat berwujud non fisik seperti rumusan kebijakan, rencana, laporan
atau dokumen. Hasil kerja atau sasaran yang harus dicapai dapat terdiri dari
satu macam dan dapat terdiri dari dua macam atau lebih. Bila lebih dari satu macam,
maka tiap hasil kerja perlu diberikan bobot berdasarkan perkiraan nilai atau
makna dari masing-masing hasil kerja.
Disamping hasil kerja, uraian jabatan dapat juga
dipergunakan sebagai tolok ukur kinerja. Uraian jabatan mencerminkan semua kegiatan
yang secara rutin harus dilaksanakan. Bila semua uraian jabatan dilaksanakan
dengan baik berarti hasil kerja pejabat yang bersangkutan akan menjadi optimal.
Oleh sebab itu, uraian jabatan dapat dipergunakan sebagai indikator tolok ukur
kinerja. Uraian jabatan biasanya terdiri dari lebih dari satu kegiatan. Oleh sebab
itu masing-masing uraian jabatan berdasarkan pentingnya atau peranannya dalam
pencapaian hasil kerja akhir, dapat diberikan bobot indeks yang berbeda.
Bab 5 Evaluasi Kinerja.
Nomor 4: Evaluasi kinerja membutuhkan
system pendukung seperti analisis jabatan, urauian jabatan, standar atau tolak
ukur kinerja, pengukran kinerja pengambangan SDM dan karier.
Penjelasan :
Pelatihan merupakan bagian dari investasi SDM
(human investment)
Untuk
meningkatkan kemampuan dan keterampilan kerja, dan dengan demikian meningkatkan
kinerja karyawan. Program pelatihan justru sangat diperlukan untuk melengkapi
atau kompensasi atas rendahnya tingkat pendidikan dan rendahnya kualitas
pendidikan para pekerja di Indonesia sekarang ini. Namun, para pekerja jarang mengikuti
pelatihan karena biaya pelatihan memamng mahal. Para pengusaha pada umumnya
juga enggan mengeluarkan biaya untuk melatih pekerjanya. Mereka sering
khawatir, pekerja yang sudah ahli dan terampil setelah mengikukti pelatihan
akan dibajak oleh pengusaha lain dengan sedikit menaikkan upah. Kekhawatiran
seperti itu pada dasarnya dapat diatasi dengan membuat perjanjian bahwa setelah
mengikuti pendidikan atau pelatihan tertentu, pekerja harus bekerja pada
perusahaan selama beberapa tahun tertentu. Bila pekerja meninggalkan perusahaan
sebelum batas waktu yang dijanjikan, dia atau perusahaan baru tempat dia
bekerja harus membayar ganti rugi secara proporsional. Sesuai dengan kondisi di
atas manajemen perlu menciptakan system kerja yang membuka kesempatan bahkan
mendorong setiap pekerja meningkatkan kemampuan dan keterampilan kerjanya
melalui
pengalaman-pengalaman
kerja, tenaga-tenaga supervisi, penyediaan pedoman kerja, pelatihan pemagangan,
dan berbagai latihan kerja lainnya.
MEMBANGUN
MOTIVASI DAN ETOS KERJA PRIBADI
Motivasi
kerja merupakan daya dorong seseorang untuk melakukan pekerjaan tertentu. Etos
kerja merupakan kadar komitmen dan semangat melakukan suatu pekerjaan yang
didasari oleh pandangan seseorang tersebut atas makna pekerjaan dimaksud.
Motivasi seseorang untuk melakukan pekerjaan dengan sungguh-sungguh dipengaruhi
oleh latar belakangnya, sikap pribadinya dan harapanharapannya. Latar belakang
kehidupan keluarga, bertetangga dan bermasyarakat dapat mempengaruhi kesediaan
seseorang untuk
bekerja
keras, bertanggungjawab, bekerjasama saling mendukung atau bekerja merasa
terpaksa dan mau menang sendiri. Latar belakang kehidupan dapat mempengaruhi
sikap pribadi seseorang menjadi penyabar atau bertempramen tinggi, pemaaf atau pendendam.
Kadar motivasi kerja seseorang sangat tergantung pada
dua hal, pertama, pandangan seseorang tersebut atas makna atau arti suatu pekerjaan
atau pekerjaan tertentu. Kedua, rangsangan dari luar yang membuat seseorang tertarik
atau bersedia melakukan pekerjaan dimaksud. Berdasarkan tingkat kesadaran
seseorang atas makna suatu pekerjaan, etos kerja dapat digolongkan pada 7
tahapan yaitu yang memandang pekerjaan sebagai :
a.
Sumber penghasilan,
b.
Kebutuhan hidup
c.
Sarana atau kesempatan meraih pengalaman kerja, kemampuan dan keahlian,
d.
Tempat mengembangkan karier,
e.
Aktualisasi diri,
f.
Ibadah,
g.
Panggilan dan amanah.
Dapat disimpulkan bahwa etos atau motivasi kerja dan
dengan demikian kinerja setiap pekerja dapat terus menerus ditingkatkan dengan
menyadarkan para pekerja bahwa :
a.
Penghasilan dapat ditingkatkan hanya melalui peningkatan kinerja;
b.
Setiap pekerjaan yang dimiliki harus terus dipelihara dan ditekuni bukan saja
sebagai sumber penghasilan akan tetapi juga sebagai kebutuhan psikhologis,
sarana meningkatkan
kompetensi
kerja, kesempatan mengembangkan karier dan aktualisasi diri;
c.
Dengan meningkatkan kinerja, pekerja telah memberikan kontribusi optimalnya
dalam pemenuhan kepentingan para stakeholders;
d. Peningkatan
kinerja juga menyenangkan hatu Tuhan dan Tuhan akan memberkati usahanya.
DUKUNGAN ORGANISASI
Kinerja
setiap pekerja, dan dengan demikian juga kinerja unit-unit kerja dan kinerja
perusahaan dapat ditingkatkan melalui dukungan organisasi.
DUKUNGAN MANAJEMEN
Peranan
manajemen sangat penting dan dominan dalam peningkatan kinerja karyawan, baik
dalam meningkatkan kompetensi dan motivasi kerja karyawan, maupun dalam membangun
membangun sistem kerja yang efektif dan menciptakan kondisi dan suasana kerja
yang harmonis, aman dan menyenangkan.
Pertama,
manajemen sebagai pemimpin harus mampu membangun dan meningkatkan motivasi dan
etos kerja karyawan, yaitu dengan menumbuhkan kesadaran setiap pekerja bahwa pekerjaan
itu sangat penting bagi dirinya bukan saja sebagai sumber penghasilan, akan
tetapi juga untuk meningkatkan kompetensi kerja, membangun karier dan
aktualisasi diri, serta sebagai ibadah dan amanah .
Kedua,
dalam rangka mendorong motivasi dan etos kerja karyawan, manajemen perlu
menunjukan bahwa pekerja memang dibutuhkan oleh perusahaan dan memberi
kepastian
kelangsungan
kerja, bahwa pekerja tidak akan diberhentikan sewaktu-waktu atau begitu saja.
Ketiga,
manajemen perlu mengupayakan pemberian upah yang adil dalam arti sebanding
dengan kinerja atau nilai kontribusi yang diberikan pekerja kepada perusahaan
dan tidak diskriminatif terhadaap upah pekerja yang lain. Perlakuan menganak
emaskan seseorang dan menganak tirikan yang lain atas dasar suka dan tidak
suka, akan menurunkan semangat dan motivasi kerja semua karyawan secara
keseluruhan.
Keempat,
manajemen atau pemimpin perlu menuntun setiap pekerja memahami tugas dan uraian
jabatannya, wujud hasil yang akan dicapai, serta bagaimana cara mencapainya,
sehingga setiap pekerja terampil dan kompeten dalam melaksanakan tugasnya.
Kelima,
manajemen perlu menyusun sistem dan jalur pengembangan karier serta kriteria
dan syarat jabatan yang jelas yang diinformasikan kepada seluruh pekerja,
sehingga setiap
pekerja
dapat secara terbuka mempersiapkan diri dan berkompetensi memenuhi persyaratan
untuk menduduki jabatan pilihan yang lebih tinggi.
Keenam,
manajemen sebagai pemimpin harus mampu memberdayakan setiap pekerja, mengenali
dan mengoptimalkan pendayagunaan potensi atau keunggulan setiap pekerja, serta mendukung
kelemahan dan kekurangan pekerja, sehingga setiap pekerja termotivasi
menunjukan keunggulannya masing-masing baik dalam pelaksanaan tugas-tugas
rutinnya maupun memberikan temuan baru yang sangat bermanfaat bagi perusahaan
serta dalam mencapai puncak karier.
Ketujuh,
manajemen sebagai pemimpin harus menunjukan keteladanan baik dalam motivasi
diri maupun dalam memberlakukan pekerjaan sebagai ibadah, panggilan dan amanah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar