Senin, 17 Mei 2021

TANPA PERUBAHAN TAK ADA KEMAJUAN, TAK ADA PEMBAHARUAN


Untuk mengelola perubahan, lengkah pertama setiap manajer haruslah memiliki sikap positif terhadap keadaan, baik yang di luar maupun di dalam perusahaan. Ingatlah bahwa sebagai manajer, Anda dibayar untuk mengelola setiap perubahan. Tentu, Anda boleh meminta penjelasan dari pihak terkait perihal perubahan yang ada supaya dapat mengelolanya dengan baik. 

Perubahan adalah keniscayaan. Setiap kali ada perubahan, Anda hanya punya dua pilihan, berubah atau kalah. Sebagai manajer, Anda dituntut mengelola perubahan itu dengan baik karena Anda dibayar untuk itu. Jika Anda tidak setuju dengan perubahan yang ada karena alasan fakta dan data yang Anda yakini kebenarannya, komunikasikanlah kepada pembuat peraturan atau pengambil keputusan. Jika sudah melakukan bagian Anda dengan baik, tapi ternyata perubahan tetap harus digulirkan, dengarkan hati nurani Anda. Jauh lebih terhormat untuk mengajukan pengunduran diri daripada Anda tetap bekerja sebagai manajer, tetapi hadir sebagai penghambat kebijakan dan perubahan yang sedang dijalankan.

Langkah kedua, kemendesakan (urgency). John Kotter, pakar change management dunia menyimpulkan bahwa alasan seseorang tidak mau berubah adalah karena no sense urgency atau tidak adanya perasaan terdesak untuk berubah. Salah satu penyebabnya adalah keberadaan zona nyaman akibat kesuksesan pada masa lalu atau yang bersangkutan hanya peduli pada agenda pribadi.

Perubahan memang belum tentu menjadikan sesuatu lebih baik. Tetapi, tanpa perubahan tak ada kemajuan, tak ada pembaharuan. Sayangnya, sebelum rasa sakit mendera melebihi rasa takutnya, seseorang cenderung belum mau berubah. Berdasarkan hal itu, manusia, dalam kaitan dengan perubahan, secara umum dibagi menjadi kelompok, yaitu:
Beberapa orang mengubah sesuatu.
Beberapa orang menonton sesuatu berubah.
Beberapa orang bertanya-tanya, "Apa yang berubah?"
Beberapa orang tidak tahu bahwa sesuatu sedang atau sudah berubah.
Beberapa orang menentang perubahan dengan berbagai cara.

Dalam mengelola perubahan, setiap manajer perlu mengingat bahwa ada orang-orang yang sudah terbiasa bekerja dengan cara tertentu dan berhasil. Bagi mereka, perubahan tak perlu. Terlebih, mereka merasa perubahan mengganggu pekerjaan yang sudah mereka kuasal sejak dulu (zona nyaman). Oleh karena itu, setiap manajer bertugas untuk menjelaskan mengapa perubahan perlu dilakukan, apa keuntungan dari perubahan, dan apa kerugiannya jika tak segera berubah.

Perlu disadari pula bahwa setiap orang yang mengetahui akan terkena dampak perubahan pasti diliputi rasa khawatir. Karena itu lah mereka memerlukan informasi dan jawaban atas pertanyaan: "Mengapa perubahan harus terjadi? Apakah saya bisa mengikuti perubahan tersebut atau harus belajar keterampilan baru? Lalu, apakah perubahan ini membawa dampak positif atau saya justru akan kehilangan kenyamanan, pekerjaan, bahkan nyawa?"

Setiap kekhawatiran ini harus dikenali, dibahas, dan dikelola oleh para manajer. Jika tidak, karyawan akan merasa kehilangan kontrol. Jadi, mereka berkolusi dengan orang lain, menjadi semakin cemas dan resistan terhadap perubahan.

Sebenarnya tidak ada orang yang menolak perubahan karena semua orang ingin lebih maju dan lebih baik. Yang ada aadalah keengganan untuk berubah karena takut pada ketidakpastian. Oleh karena itu, tugas seorang manajer adalah mengurangi kekhawatir.

Jadi, langkah ketiga dalam mengelola gerakan perubahan adalah dengar dan kelola kekhawatiran setiap anggota melalui komunikasi yang efektif.

Langkah keempat, sebisa mungkin libatkanlah anggota tim dalam perencanaan implementasi perubahan tersebut. Mulailah dari beberapa anggota tim yang paling positif menerima perubahan. Dengan demikian, mereka akan merasa ikut memiliki perubahan tersebut.

Langkah kelima, akui dan rayakanlah sebanyak mungkin keberhasilan implementasi perubahan sesuai perencanaan yang dibuat sebelumnya. Ini akan membuat semua orang yakin bahwa perubahan tak semenakutkan yang dibayangkan dan itu bisa dilakukan dengan baik. Semua orang ingin bergabung dalam menorehkan kisah sukses.

Langkah keenam, konsisten dan konsekuenlah dalam mengelola perubahan tersebut. Sering kali perubahan gagal karena bergesernya prioritas para pimpinan dan manajer perusahaan, khususnya perubahan dalam hal budaya kerja, yaitu berhubungan dengan perubahan perilaku perlu waktu untuk itu. Perubahan pasti menimbulkan ketidaknyamanan. Perlu ada pemimpin dan manajer yang konsisten bertahun-tahun agar perubahan tersebut menjadi budaya organisasi.

Setiap manajer harus bertanggung jawab mengelola perubahan. Dibutuhkan sikap positif dalam melihat setiap perubahan sehingga siapa pun tak terperangkap pada permainan saling menyalahkan. Dengan mengikuti langkah-langkah untuk mengelola perubahan tersebut, para manajer akan mampu meraih kinerja terbaik.

Sumber:
Judul Buku: I'M A LEADER
DRIVE CHANGE AND IMPROVE PERFORMANCE
Penulis: ELOY ZALUKHU dan ANDY ISKANDAR
Penerbit : PT. Gramedia Pustaka Utama
Kota penerbit: Jakarta
Tahun terbit: 2017

3 komentar:

  1. Artikel yg sangat tegas dalam setiap alineanya..
    Poin2 yg saya ambil:
    - zona nyaman adalah jebakan
    - kita semua bisa jadi agen perubahan

    Tuhan memberkati ��

    BalasHapus
  2. Jangan pernah takut dengan perubahan. Kita mungkin akan kehilangan sesuatu yang baik, namun sebagai gantinya, sesuatu yang jauh lebih baik akan datang menjemput kita

    BalasHapus